Beranda » Uncategorized » Makalah Desain Penelitian Kuantitatif

Makalah Desain Penelitian Kuantitatif

Kategori

BAB I

PENDAHULUAN

  • Latar Belakang

Dalam penelitian kuantitatif, salah satu hal penting yang harus dilakukan oleh peneliti ialah membuat desain penelitian karena desain penelitian seperti petunjuk jalan bagi peneliti yang menuntun dan menentukan arah berlangsungnya proses penelitian secara benar, sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Tanpa desain yang benar  dalam penelitian kuantitatif, seorang peneliti tidak dapat melakukan penelitian dengan baik karena peneliti tidak mempunyai pedoman arah yang jelas. Peneliti perlu menghindari sumber potensial kesalahan dalam proses penelitian secara keseluruhan, agar tercapai pembuatan desain yang benar.

Mengingat pentingnya desain dalam menyusun sebuah penelitian, maka kami coba merangkumnya dalam makalah ini untuk memudahkan proses belajar mendesain penelitian dimasa mendatang.

  • Rumusan Masalah
  1. Kesalahan apa saja yang biasa timbul dalam mendesain penelitian kuantitatif?
  2. Sebutkan dan jelaskan jenis desain penelitian dalam metode penelitian kuantitatif!
  • Tujuan
  1. Mengetahui kesalahan yang biasa timbul dalam mendesain penelitian
  2. Mengetahui secara rinci jenis desain penelitian dan mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Kesalahan dalam Mendesain Penelitian

Dalam menyusun sebuah penelitian, pasti ada kendala atau kesalahan yang timbul. Penulis akan menjabarkan beberapa kesalahan dan cara untuk meminimalisir timbulnya kesalahan tersebut, diantaranya:

  1. Kesalahan terjadi saat desain penelitian dibuat : Kesalahan dalam perencanaan dapat terjadi saat peneliti membuat kesalahan dalam menyusun desain yan akan digunakan untuk mengumpulkan informasi. Kesalahan ini dapat terjadi jika peneliti salah dalam merumuskan masalah. Kesalahan dalam merumuskan masalah akan menghasilkan informasi yang tidak dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah yang sedang diteliti. Cara untuk mengatasi kesalahan ini ialah mengembangkan proposal yang baik dan benar, secara jelas menentukan metode tertentu yang akan digunakan dalam penelitian, dan menemukan nilai tambah pada penelitian yang akan dijalankan.
  2. Kesalahan terjadi saat pengumpulan data dilaksanakan : Kesalahan dalam pengumpulan data terjadi pada saat peneliti melakukan kesalahan dalam proses pengumpulan data dilapangan. Kesalahan ini dapat memperbesar tingkat kesalahan yang sudah terjadi dikarenakan perencanaan yang tidak matang. Data yang dikoleksi harus mewakili populasi yang sedang diteliti dan metode pengumpulan datanya harus dapat menghasilkan data yang akurat. Cara mengatasi kesalahan ini ialah kehati-hatian dan ketepatan dalam menjalankan desain penelitian yang sudah dirancang dalam proposal.
  3. Kesalahan saat analisis dilakukan : Kesalahan dalam melakukan analisis dapat terjadi pada saat peneliti salah dalam memilih prosedur analisis data. Cara mengatasi masalah ini ialah buatlah justifikasi prosedur analisis, yang digunakan untuk melakukan inferensi terhadap data yang ada.
  4. Kesalahan saat membuat laporan : Kesalahan dalam pelaporan terjadi jika peneliti membuat kesalahan dalam menginterpretasikan hasil penelitian. Kesalahan seperti ini terjadi pada saat memberikan makna hubungan dan angka yang diidentifikasi dari tahap analisis data. Cara mengatasi kesalahan ini ialah hasil analisis data diperiksa oleh orang yang benar-benar ahli dan menguasai masalah hasil penelitian tersebut.

2.2. Jenis Desain Penelitian dalam Metode Penelitian Kuantitatif

Sebelum membicarakan desain penelitian dalam aliran kuantitatif, di bawah ini diberikan gambaran umum mengenai desain penelitian yang ada yaitu :

Untitled

Dalam penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif, terdapat dua desain utama, yaitu desain penelitian eksploratori dan desain penelitian konklusif. Dalam desain penelitian konklusif terdapat dua subdesain, yaitu desain untuk penelitian deskriptif dan penelitian kausal.

  1. Desain penelitian eksploratori digunakan untuk penelitian awal yang berfungsi untuk menjelaskan dan mendefinisikan suatu masalah. Penelitian bersifat awal dan tidak untuk mencari kesimpulan akhir. Hal yang termasuk dalam kategori ini ialah survei yang dilakukan oleh ahli, studi kasus, analisis data sekunder, dan penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif.
  2. Desain penelitian konklusif digunakan untuk penelitian deskriptif dan penelitian eksperimental. Penelitian deskriptif berfungsi untuk menggambarkan karakteristik / gejala / fungsi suatu populasi. Metode yang digunakan biasanya survei dan obsevarsi.
  3. Penelitian deskriptif mempunyai karakteristik menggunakan hipotesis, desain terstruktur dan tidak fleksibel, mengutamakan akurasi dan pemahaman masalah sebelumnya.
  4. Penelitian kausal digunakan untuk mengidentifikasi hubungan sebab-akibat antara variabel, yaitu variabel yang berfungsi sebagai penyebab (variabel bebas) dan variabel yang berfungsi sebagai variabel akibat (variabel tergantung).

Dalam penelitian kuantitatif, yang bersifat konklusif ada dua macam tipe desain, yaitu desain ex post facto dan desain eksperimental

Faktor-faktor yang membedakan kedua desain ini ialah pada desain ex post facto tidak terjadi manipulasi variabel bebas, sedangkan pada desain eksperimental terdapat adanya manipulasi variabel bebas. Tujuan utama pengguna desain ex post facto ialah bersifat eksplorasi dan deskriptif, sedangkan desain eksperimental bersifat eksplanatori (sebab-akibat). Jika dilihat dari tingkat pemahaman permasalahan yang diteliti, desain ex post facto menghasilkan tingkat pemahaman persoalan yang  dikaji pada tataran permukaan, sedangkan desain eksperimental dapat menghasilkan tingkat pemahaman yang lebih mendalam (inferensi). Kedua desain utama tersebut mempunyai subdesain yang lebih khusus. Studi lapangan dan survei termasuk dalam kategori pertama. Percobaan di lapangan (field experiment) dan percobaan di laboratorium (laboratory experiment) termasuk dalam ketegori kedua. Dibawah ini akan dijelaskan secara rinci mengenai subdesain ex post facto, subdesain eksperimental, desain spesifik ex post facto dan eksperimental, dan desain eksperimental tingkat lanjut.

  1. Subdesain Ex Post Facto
  2. Studi Lapangan

Studi lapangan merupakan desain penelitian yang mengombinasikan antara pencarian literatur (literature study), survei berdasarkan pengalaman dan studi kasus saat peneliti berusaha mengidentifikasi variabel penting dan hubungan antarvariabel tersebut dalam suatu situasi permasalahan tertentu. Studi lapangan umumnya digunakan sebagai sarana penelitian lebih lanjut dan mendalam.

  1. Survei

Desain survei tergantung pada penggunaan jenis kuesioner yang akan digunakan dalam mengambil data. Survei memerlukan populasi yang besar jika peneliti menginginkan hasilnya mencerminkan kondisi nyata. Semakin sampelnya besar, survei semakin memberikan hasil yang lebih akurat. Melalui survei seorang peneliti dapat mengungkap masalah yang banyak, meski hanya sebatas dipermukaan. Meskipun demikian, survei bermanfaat jika peneliti menginginkan informasi yang banyak dan beraneka ragam. Metode survei sangat populer karena banyak digunakan dalam penelitian bisnis.  Keunggulan survei yang lain ialah mudah melaksanakan dan dapat dilakukan secara cepat.

  1. Subdesain Eksperimental
  2. Eksperimen Lapangan

Desain eksperimen lapangan merupakan penelitian yang dilakukan dengan menggunakan latar yang realistis, penelitian melakukan campur tangan dan melakukan manipulasi terhadap variabel bebas dengan tujuan untuk melihat efeknya pada variabel tergantung.

  1. Eksperimen Laboratorium

Desain eksperimen laboratorium menggunakan latar tiruan dalam melakukan penelitiannya. Melalui desain ini, peneliti melakukan campur tangan dan maniupulasi variabel bebas, serta memungkinkan peneliti untuk melakukan kontrol terhadap aspek kesalahan utama.

  1. Desain Spesifik Ex Post Facto dan Eksperimental

Sebelum membicarakan desain spesifik  ex post facto dan eksperimental, sistem notasi yang digunakan perlu diketahui terlebih dahulu. Sistem notasi tersebut adalah sebagai berikut :

X : Digunakan untuk mewakili pemaparan (exposure) suatu kelompok yang diuji terhadap suatu perlakuan eksperimental pada variabel bebas, kemudian efek pada variabel tergantungnya akan diukur.

O : Menunjukkan adanya suatu pengukuran atau observasi terhadap variabel tergantung yang sedang diteliti pada individu, kelompok atau objek tertentu.

R : Menunjukkan bahwa individu atau kelompok telah dipilih dan ditentukan secara random untuk tujuan studi.

  1. Ex Post Facto

Sebagaimana disebut sebelumnya bahwa desain ex post facto tidak ada manipulasi perlakuan terhadap variabel bebasnya, maka sistem notasinya, baik studi lapangan atau survei hanya ditulis dengan O atau O lebih dari satu.

 

Contoh 1 : Penelitian dilakukan dengan menggunakan dua populasi, yaitu perusahaan A dan perusahaan B, maka notasinya :

O1

O2

Dimana O1 merupakan kegiatan observasi yang dilakukan di perusahaan A dan O2 merupakan kegiatan observasi yang dilakukan di perusahaan B.

 

Contoh 2 : Secara random kita meneliti 200 perusahaan dari populasi 1000 perusahaan mengenai sistem penggajiannya. Survei dilakukan dengan cara mengirim kuesioner pada 200 manajer, maka konfigurasi desainnya akan seperti dibawah ini :

(R) O1

Dimana O1 mewakili survei di 200 perusahaan dengan memberikan kuesioner kepada 200 manajer yang dipilih secara random (R),

Apabila sampel yang sama kita teliti secara berulang, misalnya selama tiga kali dalam tiga bulan berturut-turut, maka notasinya adalah :

  1. R) O3

Dimana O1 merupakan observasi yang pertama, O2 merupakan observasi yang kedua, dan O1 merupakan observasi yang ketiga.

  1. Desain-desain Eksperimental

Desain eksperimental dibagi menjadi dua, yaitu : pre-eksperimental (quasi-experimental) dan desain eksperimental sebenarnya (true-experimental). Perbedaan kedua tipe desain ini terletak pada konsep kontrol. Pada quasi-eksperimental tidak terdapat kelompok pengontrol, sedangkan pada kelompok eksperimental sebenarnya terdapat satu kelompok yang diteliti dan satu kelompok lain yang berfungsi sebagai pengontrol.

  1. One Shot Case Study

Desain eksperimental yang paling sederhana disebut One Shot Case Study. Desain ini digunakan untuk meneliti pada satu kelompok dengan diberi satu kali perlakuan dan pengukurannya dilakukan satu kali. Desainnya adalah sebagai berikut :

X O

Contoh : Satu kelompok pegawai diberi pelatihan berbicara bahasa Inggris, kemudian dilakukan tes untuk menguji kemampuan berbahasa Inggris karyawan tersebut.

 

 

  1. One Group Pre-test – Post test Design

Desain kedua disebut One Group Pre-test – Post test Design yang merupakan perkembangan dari desain diatas. Pengembangannya ialah dengan cara melakukan satu kali pengukuran di depan (pre-test), sebelum adanya perlakuan (treatment), setelah itu dilakukan pengukuran lagi (post-test). Desainnya adalah sebagai berikut:

O1  XO2

Pada desain ini, peneliti melakukan pengukuran awal pada suatu objek yang diteliti, kemudian peneliti memberikan perlakuan tertentu. Setelah itu, pengukuran dilakukan lagi  untuk kedua kalinya.

Contoh : Satu kelompok pegawai dites kemampuan berbahasa Inggris mereka dan diberikan pelatihan bahasa Inggris. Setelah selesai pelatihan, dilakukan tes untuk menguji kemampuan berbahasa Inggris karyawan tersebut lagi.

Desain tersebut dapat dikembangkan dalam bentuk lainnya yaitu, desain time series. Jika pengukuran dilakukan secara berulang dalam kurun waktu tertentu, maka desainnya menjadi seperti bawah ini :

O1 O2 O3 XO4 O5 O6

Pada desain time series, peneliti melakukan pengukuran di depan selama 3 kali berturut-turut, kemudian dia memberikan perlakuan pada objek yang di teliti. Selanjutnya, peneliti melakukan pengukuran selama 3 kali lagi setelah  perlakuan dilakukan.

  1. Static Group Comparison

Desain ketiga adalah Static Group Comparison yang merupakan modifikasi dari desain 2. Dalam desain ini terdapat  dua kelompok yang dipilih sebagai  objek penelitian. Kelompok pertama mendapatkan perlakuan, sedangkan kelompok kedua tidak mendapatkan perlakuan. Kelompok kedua ini berfungsi sebagai kelompok pembanding / pengontrol. Desainnya adalah sebagai berikut:

XO1

O2

Contoh : Terdapat dua kelompok pegawai yang akan diteliti. Kelompok pertama diberi pelakuan, misalnya pelatihan administrasi dan di lakukan pengujian akan kemampuan administrasi  mereka. Namun, kelompok kedua tanpa diberi pelakuan dan langsung diuji kemampuan adminitrasi mereka.

  1. Post-test Only Control Group Design

Desain ini merupakan desain yang paling sederhana dari desain eksperimental sebenarnya (true experimental design), karena responden benar-benar dipilih secara random dan diberi perlakuan, serta ada kelompok pengontrolnya. Desain ini sudah memenuhi kriteria eksperimen sebenarnya, yaitu dengan adanya manipulasi variabel, pemilihan kelompok yang teiliti secara random, dan seleksi perlakuan. Desainnya adalah sebagai berikut :

( R )       XO1

( R ) O2

Contoh : Terdapat dua kelompok pegawai yang dipilih secara random. Kelompok pertama diberi perlakuan, misalnya diberi intruksi tertulis dan lisan, sedangkan kelompok kedua tidak. Kelompok pertama diberi perlakuan oleh peneliti, kemudian dilakuakan pengukuran. Kelompok kedua yang digunakan sebagai  kelompok pengontrol tidak diberi perlakuan, tetapi  hanya dilakukan pengukuran saja. Bagaimana hasil pemahaman kedua kelompok tersebut terhadap kedua jenis intruksi yang digunakan sebagai perlakuan tersebut ?

  1. Pre-test – Post-test Control Group Design

Desain ini merupakan pengembangan desain Post-test Only Control Group Design. Perbedaanya teletak pada baik kelompok  pertama dan kelompok pengontrol dilakukan pengukuran di depan (pre-test). Desainnya adalah sebagai berikut:

( R )    O1 XO2

( R ) O3 O4

Contoh : Terdapat dua kelompok pegawai yang dipilih secara random. Kelompok pertama diberi perlakuan, misalnya diberi intruksi tertulis dan lisan, sedangkan kelompok kedua tidak. Kelompok pertama diberikan  tes terlebih dahulu, kemudian diberikan perlakuan oleh peneliti  dan dilakukan pengetesan kembali. Kelompok kedua yang digunakan sebagai kelompok pengontrol tidak diberi perlakuan, tetapi hanya dilakukan pengukuran saja, yaitu sebanyak dua kali pengujian. Bagaimana hasil pemahaman kedua kelompok tersebut terhadap kedua jenis intruksi  yang digunakan sebagai perlakuan tersebut?

 

  1. Soloman Four Group Design

Desain ini merupakan kombinasi Post Test Only Control Group Design dan Pre-test – Post-test Control Group Design  yang merupakan model desain  ideal untuk  melakukan penelitian eksperimen terkontrol. Peneliti dapat melakukan sekecil mungkin sumber kesalahan karena adanya empat kelompok yang berbeda dengan enam format pengukuran. Desainnya adalah sebagai berikut :

( R )     O1  XO2

( R ) O3 O4

( R )     XO5

( R ) O6

Contoh : Peneliti memilih empat kelompok pegawai secara random. Kelompok pertama yang merupakan kelompok inti diberi perlakuan dan dua kali pengukuran, yaitu di depan (pre-test) dan sesudah perlakuan (post-test). Kelompok kedua sebagai kelompok pengontrol tidak diberi perlakuan, tetapi dilakukan pengukuran seperti di atas, yaitu pengukuran di depan (pre-test) dan pengukuran sesudah perlakuan (post-test). Kelompok ketiga diberi perlakuan, hanya dilakukan satu kali pengukuran sesudah dilakukan perlakuan (post-test). Kelompok keempat sebagai kelompok pengontrol, kelompok ketiga hanya diukur satu kali saja.

 

  1. Desain Eksperimental Tingkat Lanjut
  2. Desain Random Sempurna (Completely Randomised Design)

Desain ini digunakan untuk mengukur pengaruh suatu variabel bebas yang  dimanipulasi terhadap variabel tergantung. Pemilihan kelompok secara random dilakukan untuk mendapatkan kelompok yang ekuivalen.

 

Contoh Kasus:

Pihak direksi suatu perusahaan ingin mengetahui pengaruh tiga jenis yang berbeda dalam memberikan instruksi yang dilakukan oleh atasan kepada bawahan. Dalam tujuan penelitian ini dipilih secara random tiga kelompok, masing-masing beranggotakan 25 orang. Instruksi untuk kelompok pertama diberikan secara lisan, untuk kelompok kedua secara tertulis, dan untuk kelompok ketiga instruksinya tidak spesifik. Ketiga kelompok diberi waktu sekitar 15 menit untuk memikirkan situasinya. Selanjutnya, ketiganya diberi tes objektif untuk mengetahui tingkat pemahaman mereka mengenai pekerjaan yang akan dilakukan.

 

Formulasi masalah kasus ini ialah : Apakah manipulasi variabel bebas mempengaruhi pemahaman para pegawai bawahan dalam melaksanakan pekerjaan mereka? Tujuan studi ini, yaitu menentukan jenis instruksi yang dapat menciptakan pemahaman yang lebih baik terhadap pekerjaan yang diperintahkan oleh atasan. Contoh desain penelitiannya sebagai berikut :

Instruksi Kelompok Eksperimental Kelompok Pengontrol
A1. (Lisan) A2. (Tertulis) A3. (Tidak Spesifik)
X1.1 X1.2 X1.3
X2.1 X2.2 X2.3
X3.1 X3.2 X3.3
X25.1 X25.2 X25.3
Perlakuan X.1 X.2 X.3

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

  1. Desain Blok Random (Randomised Block Design)

Desain ini merupakan penyempurnaaan desain random sempurna diatas. Pada desain sebelumnya, perbedaan yang terdapat pada masing-masing individu tidak diperhatikan, sehingga menghasilkan kelompok yang mempunyai anggota yang berbeda karakteristiknya. Perlu memilih anggota kelompok (responden) yang berasal dari populasi yang mempunyai karakteristik sama agar desain yang kita buat dapat menghasilkan keluaran yang baik. Oleh karena itu, peneliti harus dapat mengidentifikasi beberapa sumber utama perbedaan yang dimaksud secara dini. Contoh desainnya sebagai berikut:

Instruksi Kelompok Eksperimental Kelompok Pengontrol
A1. (Lisan) A2. (Tertulis) A3. (Tidak Spesifik)
Blok
B1 5 (pekerja) 5 (pekerja) 5 (pekerja) X1
B2 5 (pekerja) 5 (pekerja) 5 (pekerja) X2
B3 5 (pekerja) 5 (pekerja) 5 (pekerja) X3
B4 5 (pekerja) 5 (pekerja) 5 (pekerja) X4
B5 5 (pekerja) 5 (pekerja) 5 (pekerja) X5
Rata-Rata Perlakuan X.1 X.2 X.3

 

Desain di atas dapat diterangkan sebagai berikut : Pada saat studi dilakukan dengan menggunakan desain sebelumnya, para anggota dari tiga kelompok berasal dari berbagai latar belakang anggota yang berbeda dalam sebuah perusahaan. Perbedaan latar belakang anggota merupakan suatu gangguan atau yang disebut sebagai variabel pengganggu. Oleh karena itu, perlu dilakukan penyamaan para anggota dari masing-masing kelompok. Caranya ialah dengan menciptakan blok yang berfungsi untuk mendapatkan anggota kelompok yang sama. Dalam kasus ini, blok ditentukan berdasarkan pada departemen (bagian) dari para anggota kelompok berasal. Misalnya, blok 1 adalan bagian keuangan, blok 2 adalah pemasaran, blok 3 adalah bagian teknik, blok 4 adalah bagian operasional, blok 5 adalah bagian SDM.

 

Selanjutnya pekerja yang berasal dari bagian yang sama dibagi menjadi lima, berdasarkan departemen masing-masing. Selanjutnya, setiap kelompok mendapatkan perlakuan yang sama, kelompok pertama mendapatkan intruksi lisan, kelompok kedua mendapatkan intruksi tertulis, dan kelompok ketiga mendapatkan intruksi tidak spesifik. Peneliti dapat melihat dampak yang disebabkan oleh sistem blok per departemen dan interaksi dari instruksi atas ketiga kelompok tersebut, dengan menggunakan desain ini.

 

  1. Desain Latin Square (The Latin Square Design)

Desain ini digunakan untuk mengontrol dua variabel pengganggu sekaligus. Berkaitan dengan kasus diatas, masih terdapat satu variabel pengganggu lainnya, yaitu “kemampuan para pekerja”. Variabel kemampuan para pekerja, kita bagi menjadi tiga tingkatan, yaitu kemampuan tinggi, kemampuan menengah, dan kemampuan rendah. Ketiga tingkatan variabel kemampuan tersebut kita tempatkan pada baris dan kolom model Latin Square. Desain ini terdiri dari tiga baris dan tiga kolom dan secara random diambil 3 pegawai dari masing-masing departemen. Desainnya adalah seperti dibawah ini:

Kemampuan Para Pekerja

Blok C1 C2 C3 Rata-rata
B1 (a1)x1 (a2)x1 (a3)x1 X1…
B2 (a2)x2 (a3)x2 (a1)x2 X2…
B3 (a3)x3 (a1)x3 (a2)x3 X3…

 

  1. Desain Faktorial

Desain faktorial digunakan untuk mengevaluasi dampak kombinasi dari dua atau lebih perlakuan terhadap variabel tergantung. Pada kasus dibawah ini, analisis faktorial diaplikasikan dengan menggunakan desain random sempurna dengan format 3 baris dan 3 kolom.

 

Kasus penelitiaanya : Peneliti ingin melihat dua variabel bebas, yaitu tingkat kontras dan panjang baris sebuah iklan. Tingkat kontras dimanipulasi menjadi rendah, medium, dan tinggi, sedangkan panjang baris dimanipulasi menjadi 5 inci, 7 inci, dan 12 inci. Desainnya adalah sebagai berikut :

Tingkat Kontras

Panjang B1. B2. B3. Rata-rata
Baris Rendah Medium Tinggi Perlakuan
A1. 5 inci X1 x.1
A2. 7 inci X2 x.2
A3. 12 inci X3 x.3
Rata-rata x.1. x.2. x.3.
Perlakuan

 

Pada tabel desain diatas, X1 mempunyai arti responden yang mendapat perlakuan membaca iklan dengan panjang baris 5 inci dan tingkat kontras warna rendah, X2 mempunyai arti responden yang mendapat perlakuan membaca iklan dengan panjang baris 7 inci dan tingkat kontras warna medium, dan X3 mempunyai arti responden yang mendapat perlakuan membaca iklan dengan panjang baris 12 inci dan tingkat kontras warna tinggi. Dari format diatas, kita akan mendapatkan 9 kombinasi yang berbeda.

 

 

 

 

 

BAB III

KESIMPULAN

3.1. Kesimpulan

Desain penelitian sangat penting dipelajari karena desain penelitian seperti petunjuk jalan bagi peneliti yang menuntun dan menentukan arah berlangsungnya proses penelitian secara benar, sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Tanpa desain yang benar  dalam penelitian kuantitatif, seorang peneliti tidak dapat melakukan penelitian dengan baik karena peneliti tidak mempunyai pedoman arah yang jelas.

Dalam penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif, terdapat dua desain utama, yaitu desain penelitian eksploratori dan desain penelitian konklusif. Dalam desain penelitian konklusif terdapat dua subdesain, yaitu desain untuk penelitian deskriptif dan penelitian kausal.

 

DAFTAR PUSTAKA

Mikkelsen, Britha. (2011). Metode Penelitian Partisipatoris dan Upaya Pemberdayaan. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Sarwono, Jonathan. (2013). Strategi Melakukan Riset Kuantitatif, Kualitatuf, dan Gabungan. Yogyakarta: Andi.


Tinggalkan komentar