Beranda » 2011 » November

Monthly Archives: November 2011

TITIAN PANJANG

“ Assalamu’alaikum “ Suhadi, seorang carik1 mengetuk pintu rumahku

“Wa’alaikum salam”

Terdengar langkah kaki dari dalam rumah.

“ Oalah, kowe toh Di, ” Perempuan berumur  sekitar 40 tahun, yang tak lain adalah kakak ipar si carik membuka pintu dan mempersilahkan masuk.

“ Ayo duduk dulu “ katanya melanjutkan.

“Terimakasih Mbak yu, “ jawab Suhadi

“ Apa Kang mas ada di rumah, Mbak yu?” tanya Suhadi kemudian,

“Iya Di, sedang shalat dhuha. Kamu Ada perlu apa toh2  pagi-pagi sudah kemari? “ tanya Lastri penasaran

“Ceritanya nanti saja mbak yu, sekalian nunggu kang mas.” jawab Suhadi

“ Mau minum apa kamu Di,” tanya Lastri.

Belum sempat menjawab, dari dalam rumah muncul seorang lelaki yang usianya hampir setengah abad.

“ Oalah, ada tamu rupanya, ada apa Di ?” lelaki itu langsung duduk di hadapan Suhadi.

“ Langsung saja kang mas, mbak yu, kalian berdua tentu telah mendengar desas desus sekarang ini bukan?” Suhadi memulai pembicaraan.

“ Apa maksudmu Di?” tanya lelaki itu penasaran.

“Begini, 2 hari yang lalu, Haji Dayat kehilangan ayam jagonya.” Jawab Suhadi

“Lantas apa hubungannya dengan kami?” Lastri tampak keheranan.

“ Pak Dayat menuduh Jokolah yang mencuri ayamnya.” Suhadi berkata pelan karena takut menyinggung perasaan lawan bicaranya.

“ Astagfirullah hal adzim,,,, dasar anak tak tau diri, bikin malu keluarga saja itu anak, oalah Joko… Joko…” seru si lelaki sambil refleks berdiri.

“Sabar Pak e.. belum tentu Joko bersalah, sebaiknya kita tanyakan langsung pada dia.” Lastri mencoba menenangkan suaminya.

“ Mbak yu benar kang mas, belum tentu Joko salah. Sebernarnya saya datang kemari mau menyampaikan pesan dari Pak Lurah. Joko diharap datang ke Balai Desa usai shalat jum’at.” Suhadi melanjutkan pembicaraan.

“Iya Di, nanti aku sampaikan pada Joko.” Jawab Lastri

“Kalau begitu saya pamit dulu, karena masih banyak urusan. Assalamu’alaikum, ” Suhadi berpamitan.

“ Iya Di, terimakasih. Wa’alaikum salam ” Jawab Lastri

********

Saat aku pulang dari sekolah, orang tuaku tengah duduk-duduk di ruang tamu, tidak biasanya hal ini terjadi. Setelah aku mengucapkan salam dan mencium tangan kedua orang tuaku, ayahku langsung berdiri.

“Masih jam 10 kok sudah pulang le 3 ?” tanya ibuku

“Iya bu, tadi Cuma pengumuman kelulusan, alhamdulillah Joko lulus bu,” jawabku

Ibu lantas memelukku. Sedangkan ayah tak bergeming. Tetap berdiri mematung.

“ Duduk kau! “ suara ayahku bergetar

“ Ada apa ini ayah?” tanyaku bingung.

“Apakah ayahmu pernah mengajarimu menjadi seorang maling ?, kau telah mencoreng muka ayahmu ini. Kau ini anak pertama, seharusnya kau memberi contoh yang baik pada adikmu. Joko..Joko..”

Nada suara ayahku meninggi. Kulihat Rasti, adikku mengintip dari ruang tengah.

“ Apa maksud ayah?” aku masih bingung dengan apa yang tengah terjadi

“Plak !!!!”

Tiba-tiba tamparan ayah mendarat di pipiku. Ku lihat ibuku mulai menitikkan air mata.

“ Kau ini sudah tertangkap basah masih pura-pura tidak mengerti. Semua orang di kampung ini sudah tahu kalau kamu yang mencuri ayam milik Haji Dayat.” Ayahku kembali berbicara

“ Astagfirullah,,, demi Allah ayah, Joko tidak pernah mencuri, Joko memang kerap berbuat nakal. Tapi mencuri?? Itu fitnah ayah……” aku berusaha membela diri.

“ Sudah-sudah, Joko lekas makan. Tadi kau belum sempat sarapan, bukan?” ibu yang sedari tadi diam ikut menimpali.

“ Baik bu, Ayah, Joko tidak pernah mencuri, Joko ____ “

Belum selesai aku berbicara, ayah telah memotong kalimatku.

“ Sudah, jangan jelaskan disini. Nanti saja di Balai Desa. Tadi paklek 4mu kemari, selepas Shalat Jum’at, kau harus mempertanggung jawabkan perbuatanmu disana.”

Ayahku berlalu meninggalkan aku dan ibu yang sama-sama terpaku di ruang tamu.

********

“ Assalamu’alaikum Warahmatullahi wabarakatuh.  Saudara-saudara sekalian pasti telah mengetahui ada apa kiranya kita semua berkumpul disini.  Langsung saja kita beranjak pada pokok permasalahan. Untuk itu saya menyerahkan acara ini kepada Suhadi selaku sekertaris Desa”

Pak Lurah menyampaikan kata sambutannya.

“ Terimakasih Pak Lurah,” jawab Pak Carik sambil mengangguk kepada Pak Lurah.

“ Joko, duduklah di kursi yang telah disediakan.” Lanjut Pak Carik

Pak Carik yang juga paklekku memulai pengadilan ini.

Aku melangkah pasti ke arah kursi yang menyerupai kursi terdakwa di pengadilan. Di depanku duduk Pak Lurah dan Pamong5 desa lainnya. Pak Carik  juga berada di antara mereka. Ayahku duduk di seberang kananku sedangkan Haji Dayat berada di seberang kiriku. Para warga yang menjadi penonton duduk di belakangku. Dan aku benar-benar menjadi terdakwa kali itu.

“ Langsung saja Joko, hari rabu malam kau ada dimana?” Pak Carik memulai bertanya

“ Saya berada di Masjid Haji Dayat sampai pukul 2 pagi. Lebih sedikit mungkin.” jawabku.

“ Benar kan, sudah jelas siapa yang mencuri ayamku. Karena kandang ayamku terletak tak jauh dari masjid.” Haji Dayat tiba-tiba ikut berbicara.

“ Tolong tertib Pak, katanya sampeansudah menyerahkan masalah ini pada kami? Jadi saya mohon bapak bisa menghargai saya.” Pak Carik nampak tidak senang pembicaraannya di potong. Lantas Haji Dayat pun diam.

“ Lalu apa yang kau kerjakan?” lanjut Pak Carik.

“ Saya hanya tadarrus, sama seperti malam-malam sebelumnya.” Aku menjawab mantap

“ Apakah ada yang menemanimu?” tanyanya lagi.

“ Mulanya saya bersama Hendra dan Anton. Tapi mereka pulang mendahului saya, kira-kira pukul 1. “ jawabku

“ Mengapa engkau tidak turut pulang bersama mereka ?” Pak Carik nampak semakin bersemangat melontarkan pertanyaaan.

“ Saya menunggu kedatangan Pak Sholeh, lagi pula saya belum menamatkan juz yang saya baca.” kataku

“ Apa benar Joko berada di masjid ketika sampean  tiba? “ tanya Pak Carik pada Pak Sholeh yang menjadi marbot Masjid.

Yang ditanya hanya menjawab dengan anggukan kepala. Ternyata Pak Sholeh duduk di samping ayahku.

“ Pak Haji, mengapa anda menuduh Joko yang telah mencuri ayam sampean ?” Ganti Haji Dayat yang ditanyai

“ Saya memiliki 2 saksi mata, Hendra … Anton…” Jawab Haji Dayat

Yang merasa namanya dipanggil berdiri, ku lihat 2 sahabatku. Aku mengira mereka akan memberikan kesaksian yang sebenarnya, tapi____

“ Anton, Hendra, berikan kesaksianmu.” Kata Pak Carik kepada keduanya.

“ Biar Hendra saja yang bicara pak,” Anton menimpali.

“ Silahkan Hendra,” Kata Pak Carik.

“Langsung saja bapak-bapak sekalian, ketika saya dan Anton berpamitan pulang pada Joko, kami langsung pulang, saya berniat tidur di rumah Anton, namun setelah beberapa kali mengetuk pintu rumah Anton, tidak ada yang membukakan pintu. Akhirnya kami berdua sepakat kembali ke masjid untuk menemani Joko. Tapi alangkah terkejutnya kami karena ketika sampai di masjid, Joko tidak ada di tempat. Setelah berkeliling sebentar, kami melihat Joko berada di kandang ayam kakek saya. Karena saya tidak mau ada keributan saya biarkan saja. Lantas pagi harinya saya mendapat kabar kalau ayam kakek saya memang hilang. Dan kakek menemukan sebuah sandal yang tidak ada pasangannya. Belakangan diketahui bahwa sandal itu milik Joko.”

Hendra bercerita dengan mimik yang amat meyakinkan hingga semua yang hadir percaya.

“ Aku memang kehilangan ____”

Belum selesai aku berbicara, Anton memotongnya.

“ Kau pasti mau bilang sandalmu hilang, begitu kan…? sudahlah Joko, jangan mengelak lagi. Semua yang hadir disini tidak akan mempercayai semua kata-katamu.”

Akhirnya aku memilih diam. Nampaknya tidak ada gunanya aku berbicara, karena sepertinya sudah tidak ada yang mempercayaiku.

“ Nah, sudah jelas kan? Memang Joko yang telah mencuri ayamku, lantas apa perlu aku memanggil polisi?” Ucap Haji Dayat semakin bersemangat.

“ Mohon maaf saya memotong pembicaraan. Masalah ini tidak perlu di bawa ke kantor polisi. Saya meminta maaf dan akan mengganti semua kerugian yang ditanggung olah Haji Dayat.” Ayahku berbicara dengan tenang.

Tak kusangka ayahku akan berbuat demikian.

“Nah begitu lebih baik kedengarannya. Bagaimana Pak Haji?” Pak Lurah ikut berbicara

“ Ya sudahlah saya tidak mau terjadi keributan.” Jawab Haji Dayat

“ Baiklah saudara-saudara sekalian, masalah ini kami anggap selesai. “ Pak Carik berkata.

“ Joko, lekas minta maaf pada Haj Dayat” kata ayah kepadaku.

Aku pun lantas menyalami Haji dayat beserta sebagian orang yang hadir. Kulihat Hendra dan Anton melayangkan senyum kemenangan kepadaku. Ingin rasanya aku menghajar mereka berdua. Tapi niatku tak kulaksanakan.

“ Dan pertemuan ini resmi selesai. Terimakasih pada semua yang telah hadir. Wassalamu’alaikum warahmatullahi Wabarakatuh.” Pak Lurah pun mengucapkan sambutan penutupnya.

Aku sungguh sakit hati dengan perlakuan yang ku terima. Saat itu ingin sekali aku memeluk ibuku dan mengatakan bahwa aku tidak bersalah. Aku sungguh marah pada takdir, mengapa aku berbuat baik tapi balasannya separti ini. Di perjalanan pulang pikiranku di penuhi oleh prasangka-prasangka buruk pada Allah.

********

Sehabis magrib, paklek Karji telah datang ke rumahku. Kulihat dia tengah berbincang dengan orang tuaku.

“ Joko, kemari sebentar le.. paklek Karji memanggilku.

Aku lantas duduk di samping ibu. Paklek Karji adalah adik kandung ibuku

“ Begini le, paklek sudah mengetahui semua cerita tentang kamu. Kemudian kami memutuskan agar kamu ikut paklek ke Madura. Kamu sekolah disana sekalian belajar mengaji pada Kyai Kahfi yang terkenal itu. Bagaimana ? mau tidak kamu le ?” Tanyanya.

“ Saya setuju saja paklek, jika ayah dan ibu mengizinkan.” Jawabku.

“ Bagus le, orang tuamu sudah menyetujuinya.” Paklekku nampak senang.

“ Lalu, bagaimana dengan ijazah dan surat-surat kepindahan saya?” aku bertanya.

“ Itu masalah gampang le, biar ayah yang mengurus. Itu bisa di poskan toh Ji,?” Ayah turut berbicara.

“ Iya kang mas.” Jawab paklek Karji.

Aku terdiam. Kulihat air mata ibu mulai menggenang. Kemudian ku raih tangan ibuku sambil berkata,

“ Tenanglah bu, Joko sudah besar. Semuanya pasti baik-baik saja”

Ibuku lantas menatapku dengan tatapan kepedihan yang menyahat hati. Ayah dan paklek hanya memandangi kami berdua tanpa berkata apapun.

 

********

MADURA……

Di tahun pertama, aku belum melanjutkan ke SMA. Karena aku butuh beradaptasi dengan keadaan yang ada. Terlebih istri paklek Karji, yang tak lain adalah bulekku tidak sebaik suaminya. Memang bulekku itu tidak bisa dibilang jahat karena beliau telah sudi menampungku. Tapi bulek sama sekali tidak pernah bersikap baik kepadaku. Aku sempat ingin menyerah dengan keadaan ini, tapi jika aku ingat orang tuaku di Jombang, semangatku kembali lagi. Dan bahkan berlipat.

Pada saat itu aku mulai mengaji di tempat Kyai Kahfi. Tempat itu lumayan dekat dengan rumah paklek Karji. Hanya 10 menit berjalan kaki. Sejak pertama kali bertemu Kyai Kahfi, aku merasa tertarik dengan beliau. Karena beliau nampak bijaksana.

Aku tetap menjalin komunikasi dengan keluargaku melalui surat, yah 2 atau 3 bulan sekali. Karena pada saat itu telepon termasuk barang mewah yang tidak semua orang punya.

Di tahun kedua aku mulai masuk sekolah, sekolahku lumayan jauh karena kata paklek  itu sekolahan terbaik di daerah ini. Jadi kesibukanku kini bertambah. Pagi hari aku sekolah, sore membantu bulek menjaga warung dan menemani keponakanku belajar, malam hari mengaji di tempat Kyai Kahfi. Semuanya berjalan baik. Dan tak ada hentinya aku bersyukur pada Allah. Tapi sampai saat itu aku belum pernah pulang ke Jombang.

Pada suatu hari aku menerima surat dari Rasti, adikku. Dan seperti biasanya aku selalu bersemangat membacanya. Dan alangkah kagetnya aku ketika Rasti bilang kalau Hendra di tangkap polisi. Karena dia ketahuan mencuri kambing Haji Dayat, yang tak lain adalah kakeknya sendiri. Dan setelah di desak ternyata yang mencuri ayam Haji Dayat beberapa tahun yang lalu juga Hendra. Kemudian Haji Dayat pun bertamu kerumah serta meminta maaf kepada keluargaku. Begitu kata Rasti.

Aku merasa lega mendengar kabar itu, dan aku semakin percaya bahwa Allah tidak pernah jauh dari hamba-Nya yang butuh pertolongan.

********

Setelah aku lulus dari SMA, paklek ku mengusulkan agar aku kembali ke Jombang. Aku memang telah mempunyai rencana demikian. Tapi ketika aku mengatakan hal ini pada Kyai Kahfi, beliau malah menawariku untuk tinggal di rumahnya dan membantu mengajar di sekolah milik Kyai Kahfi. Aku sangat senang dan lekas-lekas memberi kabar pada paklek Karji serta keluargaku di Jombang. Ternyata meraka semua menyetujuinya.

Atas bantuan Kyai Kahfi, aku dapat melanjutkan sekolahku ke Universitas Sunan Ampel Surabaya. Alhasil aku harus bolak balik Surabaya-Madura karena aku tetap mempunyai kewajiban untuk mengajar. Tapi tak mengapa, bagiku itu adalah anugerah dari Allah.

Setelah 4 tahun belajar di Universitas Sunan Ampel Surabaya, akupun menerima gelar sebagai Sarjana Pendidikan Agama Islam. Tak hentinya aku bersyukur pada Allah serta berterimakasih pada Kyai Kahfi.

Namun, aku juga menerima kabar menyadihkan, penyakit yang di derita ayahku semakin parah. Dan aku pun memutuskan untuk pulang, Karena sampai saat itu aku sama sekali belum pernah pulang ke Jombang.

********

Setibanya di tanah kelahiranku, aku sangat bahagia dan tiada hentinya bersyukur.

“ Akhirnya kamu pulang juga le, 8 th kamu tidak pulang.“ Seru ibuku ketika melihatku turun dari motor tukang ojek yang membawaku petang itu. Dan ibu langsung memelukku.

Ayah nampak menunggu di ruang tamu. Wajahnya pucat dan tubuhnya kurus sekali. Aku menghampirinya kemudian aku mencium tangannya. Setelah itu aku tak kuasa untuk tidak memeluknya. Dan air mataku pun meleleh. Untuk beberapa saat, ruang tamu itu di cekat kesunyian serta keharuan.

Beberapa saat kemudian aku baru sadar jika adik perempuanku, Rasti juga berada di sana, setelah melepaskan pelukan ayah aku ganti memeluk adikku. Nampaknya dia sudah besar sekarang, dan tumbuh menjadi gadis yang cantik.

“ Sudah-sudah, biarkan Joko mandi dulu, ibu akan menyiapkan makan malam,  setelah itu kita makan sama-sama. Rasti, bawa ayahmu ke kamar nduk8 .”  Kata Ibu

Rasti dengan cekatan akan memapah ayah, tapi aku mencegahnya. Aku berkata kalau aku saja yang memapah ayah. Rasti pun menurut.

Setelah mengantar ayah ke kamar, aku pun bergegas mandi dan bersiap-siap untuk Shalat Magrib.

********

Keesokan paginya, aku berjalan-jalan di sekitar desaku, ternyata tidak banyak yang berubah disini, kecuali jembatan yang nampak baru selesai di bangun. Ketika aku melewati Balai Desa, hatiku terasa sakit, nampaknya aku masih menyimpan dendam itu. Aku cepat-cepat beristigfar.

Aku pun melanjutkan perjalanan, sampai di depan SD, hatiku terenyuh melihat kondisi bangunan yang belum pernah di renovasi sejak aku bersekolah disana. Karena hari itu hari minggu, maka sekolah itu sepi. Aku berkesempatan melihat-lihat lebih dekat keadaan yang sebenarnya dengan leluasa. Aku sungguh prihatin, mana mungkin tempat seperti ini masih layak di sebut sekolahan,? Tiba-tiba otakku dipenuhi banyak sekali ide.

Setelah puas berjalan-jalan mengelilingi desa, aku memutuskan untuk pulang. Di perjalanan, aku bertemu dengan Haji Dayat. Beliau pun mencegatku untuk meminta maaf, dan tak kusangka beliau memintaku mengajar TPQ setiap sore hari di Masjid. Tanpa pikir panjang aku menerimanya karena aku ingat pesan dari Kyai Kahfi agar selalu mengamalkan ilmu yang kita miliki.

********

Keesokan harinya aku mendatangi sekolahan.

“ Assalamu’alaikum,” kataku ketika memasuki Ruang guru.

“ Wa’alaikumsalam,” terdengar jawaban dari seseorang yang tengah menulis. Ternyata orang itu Pak Ahmad, beliau mengajar matematika pada saat aku bersekolah disana.

“ Cari siapa pak?” tanya Pak Ahmad

“ Saya Joko Pak, masak lupa sama saya?” tanyaku

Lelaki tua itu terdiam sebentar seraya memandangi aku dari atas kebawah sampai berulang-ulang.

“ Oalah le, Bapak pangling, kamu tampan dan gagah sekarang.” seru Pak Ahmad

Aku hanya tersenyum lantas kami berdua berpelukan.

“ Silahkan duduk le, ada perlu apa? Ku dengar kau merantau? Sudah pulang?” Pak Ahmad begitu bersemangat bertanya padaku.

“ Iya Pak, saya baru datang kemarin sore. Saya kemari ingin menemui Bapak Kepala Sekolah. Apakah beliau ada di tempat Pak,?” tanyaku

“ Kebetulan sekarang aku kepala sekolahnya,” jawab Pak Ahmad

“ Wah maaf Pak, saya tidak tahu.” kataku

“ Tidak apa-apa le, lantas apa keperluanmu?” tanyanya

Aku mulai bertanya tentang banyak hal. Mulai dari mengapa sekolah ini tidak di renovasi, apakah tidak mengusahakan mencari bantuan, dan masih banyak lagi. Pak Ahmad pun menjawab semua pertanyaanku dengan detail. Ternyata pihak sekolah sudah mengajukan permohonan pembangunan. Tapi sampai sekarang, Yang datang hanya janji saja. Kesejahteraan para guru pun sangat memprihatinkan. Setelah menerima penjelasan tersebut, aku memberitahukan maksud kedatanganku ke sekolah ini, yaitu membantu mencarikan dana untuk pembangunan. Pak Ahmad pun sangat bahagia karena masih ada orang yang peduli dengan keadaan sekolahnya. Kemudian keesokan harinya aku di minta datang kembali untuk merapatkan usulanku dengan para guru. Aku pun menyanggupinya, asalkan jangan sore hari, karena aku harus datang ke TPQ Haji Dayat.

********

Setelah beberapa kali mengadakan rapat dengan para guru, tercapai sebuah keputusan bahwa aku akan melakukan tugasku dengan di bantu oleh Pak Arif. Nampaknya Pak Arif adalah orang yang cerdas dan usianya sebaya denganku. Aku mulai menyusun proposal dan keperluan-keperluan lainnya. Dan hari-hariku pun dipenuhi dengan segala kesibukan. Beruntung aku mempunyai seorang kenalan di Departemen Pendidikan. Dia adalah temanku pada saat belajar di IAIN, sehingga prosesnya pun lebih cepat. Tidak sampai 2 bulan bantuan dari pemerintah turun. Bahkan bahan bangunan pun mulai berdatangan dari para pengusaha, karena aku tidak hanya meminta batuan kepada pemerintah, tapi juga kepada beberapa pengusaha di Surabaya.

********

Aku sekarang mengajar di SD, sore harinya aku mengajar ngaji di TPQ Haji Dayat, dan kesehatan ayahku berangsur membaik. Hubunganku dengan paklek dan bulek serta Kyai Kahfi pun tetap berjalan dengan baik. Aku tidak akan pernah melupakan jasa-jasa mereka.

Alhamdulillah, cobaan demi cobaan yang pernah kualami menjadikan aku seorang manusia yang senantiasa bersyukur.

Kini satu titian panjang dari kehidupanku telah terselesaikan. Aku sadar bahwa di depanku masih terbentang beberapa titian yang tak kalah panjang. Wallahu’alam

 

TAMAT

Hello world!

Welcome to WordPress.com. After you read this, you should delete and write your own post, with a new title above. Or hit Add New on the left (of the admin dashboard) to start a fresh post.

Here are some suggestions for your first post.

  1. You can find new ideas for what to blog about by reading the Daily Post.
  2. Add PressThis to your browser. It creates a new blog post for you about any interesting  page you read on the web.
  3. Make some changes to this page, and then hit preview on the right. You can always preview any post or edit it before you share it to the world.